Penyebab Diare Pada Anak Dan Cara Mengatasinya
Diare merupakan salah satu masalah pencernaan yang umum dialami anak – anak. Penyebab diare pada anak yang paling umum yaitu infeksi virus dan bakteri. Namun meski sangat umum, diare pada anak dapat menyebabkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.
Bahkan menurut data dari WHO dan UNICEF, hampir sekitar satu dari lima kematian anak berusia kurang dari 5 tahun di dunia disebabkan oleh diare. Hal ini disebabkan karena kondisi anak yang memburuk dengan cepat dan tanda – tanda bahaya yang kurang diwaspadai oleh orang tua.
Maka untuk itu, Anda perlu mengetahui penyebab diare pada anak dan cara mengatasinya dengan tepat kalau – kalau hal ini dialami oleh anak Anda.
Apa Penyebab Diare Pada Anak?
Diare pada anak yaitu kondisi saat si kecil mengalami gangguan pencernaan yang ditandai dengan peningkatan frekuensi BAB (biasanya lebih dari 3 kali dalam 24 jam) volume dan penurunan konsistensi tinja lebih cair.
Dikutip dari Hopkins medicine, kondisi ini mungkin akan berlangsung selama satu sampai dua hari dan bisa hilang dengan sendirinya.
Apabila diare berlangsung lebih dari dua hari, ada kemungkinan anak mengalami masalah yang lebih serius. Ada beberapa penyebab diare pada anak yang perlu Anda ketahui yaitu:
- Infeksi virus
Penyebab diare pada anak yang paling sering terjadi yaitu akibat infeksi virus pada saluran pencernaan. Infeksi yang terjadi akibat virus biasanya berasal dari rotavius.
Diare akibat rotavirus ini umumnya terjadi pada lingkungan yang memiliki sanitasi kurang baik. Anak – anak juga rentan terkena infeksi virus ini pada saat makan atau minum hal – hal yang sudah terkontaminasi, juga ketika memasukkan mainan atau tangannya yang kotor ke dalam mulut.
Diare pada bayi yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya akan berkurang intensitasnya dalam kurun waktu 24 jam.
- Infeksi bakteri atau parasite
Apabila anak diare disertai dengan muntah – muntah, penyebabnya mungkin karena infeksi bakteri yang disebut flu perut atau gastroenteritis. Orang Indonesia sejak zaman dulu mungkin lebih akrab dengan istilah muntaber “muntah berak”.
Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare dan keracunan makanan, adalah E. coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella.
Paparan infeksi parasit (seperti giardia) juga bisa menjadi penyebab diare yang disertai muntah pada anak. Hal ini dapat terjadi apabila makanan, minuman, tangan, mainan, atau objek benda si kecil terkontaminasi oleh jenis parasit tertentu, kemudian masuk ke dalam mulutnya.
Anak bisa mengalami diare dan muntah beberapa jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
- Intoleransi laktosa
Anak Anda jadi sering buang angin, perutnya keras dan diare setiap kali habis minum susu sapi? Ini mungkin tanda si kecil mempunyai masalah pencernaan seperti intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa itu sendiri yaitu kondisi yang membuat pencernaan anak tidak dapat mencerna laktosa, jenis gula alami yang terdapat dalam susu sapi.
Nah, apabila ini yang dialami anak Anda dan ia sudah mulai MPASI, sebaiknya segera hentikan pemberian susu sapi dan makanan olahan susu sapi lainnya.
- Alergi makanan
Penyebab diare pada anak juga mungkin terjadi karena si kecil ternyata punya alergi atau intoleransi terhadap suatu jenis makanan atau minuman tertentu.
Beberapa jenis makanan penyebab alergi di antaranya adalah susu, telur, kacang – kacangan, biji – bijian, gandum, ikan (tuna, salmon, cod), kerang, udang, kepiting, dan lobster.
Reaksi alergi biasanya akan muncul beberapa menit atau jam setelah si kecil makan atau minum. Jika penyebab diare pada anak karena risiko alergi makanan, ia juga akan mengalami gejala ruam atau gatal, sakit perut, mual, dan muntah.
- Terlalu banyak minum jus buah
Buah tentu sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil, akan tetapi bila dikonsumsi terlalu banyak, dapat menyebabkan diare pada anak terjadi.
Jadi, untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, Anda disarankan untuk memberikan jus buah dengan takaran yang cukup sekiranya untuk usia 1 sampai 6 tahun sekitar 120-180 ml per hari.
Bagaimana Cara Mengatasi Diare Pada Anak?
Perlu diketahui Anda sebagai orang tua bahwa apabila disebabkan oleh virus, diare bisa berhenti dengan sendirinya, yaitu sekitar 5 sampai 14 hari.
Jika disebabkan oleh bakterti, tidak menutup kemungkinan si kecil memerlukan obat diare pada anak seperti antibiotik.
Diare yang terjadi pada anak mungkin saja malah bertambah parah jika Anda tidak mendampinginya dengan cara yang tepat.
Nah supaya tidak salah langkah berikut merupakan beberapa cara mengatasi yang dapat dilakukan untuk meredakan diare pada anak di rumah.
- Berikan minum yang sebanyak cairan yang hilang
Salah satu cara untuk mengatasi diare pada anak yang paling manjur yaitu dengan memberikan si kecil minuman yang cukup.
Memberikannya banyak minuman air putih sebanyak cairan yang hilang selama diare bisa mengatasi atau mencegah dehidrasi yang sering terjadi pada anak saat diare.
Namun, hindari memberikan jus. Walaupun mengandung air, vitamin, dan mineral, jus cenderung memicu sakit perut sehingga dapat memperparah kondisi anak. Jus buah juga mengandung sukrosa, fruktosa, dan sorbitol yang menyebabkan dehidrasi. Begitu pula dengan minuman manis atau soda. Jadi, sebaiknya hindari pemberian kedua jenis minuman ini saat si Kecil sedang diare.
Selain air putih biasa, Anda juga dapat memberikan yoghurt, air kelapa, kuah sayur sup hangat atau segelas susu hangat untuk memenuhi kebutuhan cairannya.
- Berikan cairan oralit
Selain memberikan air putih untuk diminum, pemberian oralit dapat menjadi cara yang cepat untuk mengatasi diare pada anak di atas usia 6 bulan. Oralit yaitu obat untuk menghentikan kadar elektrolit dan cairan tubuh yang hilang karena dehidrasi. Anda dapat memberikannya sampai diare pada anak berhenti.
Tersedia dalam bentuk obat serbuk yang harus dilarutkan atau dalam bentuk cairan siap minum. Anda bisa membelinya langsung di toko obat atau apotek, atau juga bisa membuat larutan ini sendiri sebagai cara mengatasi diare pada anak di rumah.
Caranya, cukup mencampurkan dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur ke dalam satu gelas air bersih yang matang. Jika masih ragu menentukan dosis oralit pada anak, jangan ragu untuk konsultasi pada dokter.
Umumnya, satu bungkus oralit dilarutkan dalam 1 gelas air matang (200cc). Jika usia anak kurang dari 1 tahun, berikan 50 – 100 cc setiap BAB cair, jika lebih dari 1 tahun berikan 100 sampai 200 cc. Pemberian oralit ini juga bisa mengurangi volume feses dan mengurangi mual muntah pada anak diare. Bila si kecil muntah setelah minum oralit, tunda dulu sebentar lalu berikan kembali sedikit demi sedikit.
- Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Diare yang terjadi pada si kecil akan bisa menurunkan nafsu makannya. Terlebih, jika ia mungkin merasa mual atau muntah. Meski demikian, dia tetap harus makan untuk mencukupi asupan nutrisi dan mengisi ulang tenaganya supaya tidak merasa lemas.
Nah, Anda dapat mengakalinya dengan memberikan makanan dalam porsi lebih kecil, tetapi sering yang lebih mudah diterima. Memberi makanan langsung dalam porsi banyak justru bisa memicu perutnya jadi lebih sakit.
Makanan dalam porsi kecil ini perlu diberikan lebih sering, misal tiap 3 – 4 jam, untuk memenuhi kebutuhan zat gizi si Kecil selama diare.
- Beri asupan probiotik
Apabila anak mengalami diare, Anda mungkin akan terburu – buru untuk memberikannya obat. Memberikan obat diare untuk anak memerlukan resep dan pengawasan dari dokter sehingga tidak boleh memberikan secara asal – asalan.
Untuk itu, hindari pemberian antibiotik dan antidiare yang tidak sesuai dengan anjuran dokter. Dalam beberapa kasus, pemberian antibiotik dan anti diare tidak dapat memperbaiki kondisi, bahkan dapat berbahaya bagi anak.
Sebagai gantinya, Anda bisa memberi asupan probiotik untuk si kecil dengan memberikan pisang, asparagus, rumput laut, dan buncis – buncisan. Probiotik dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan anak.
Cara Mencegah Diare Pada Anak
Untuk mencegah diare pada anak, berikut hal yang dapat dilakukan Anda adalah sebagai berikut:
- Bagi anak yang masih mendapatkan ASI eksklusif, tetap berikan ASI eksklusif dan melakukan proses penyapihan yang benar.
- Menjaga kebersihan perorangan dengan mencuci tangan sebelum memberikan makanan.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Memberikan imunisasi campak, imunisasi rotavirus, suplementasi vitamin A.
- Penyediaan air minum bersih, serta makanan selalu dimasak secara matang.
Walaupun umumnya diare pada bayi dapat berangsur membaik sendiri, Anda tetap perlu waspada jika si kecil mengalami tanda – tanda sebagai berikut:
- Si kecil BAB lebih dari 10 kali dalam sehari.
- BAB berdarah dan berlendir.
- Muntah berulang kali.
- Ruam pada kulit.
- Demam tinggi.
- Berat badan menurun.
- Mengalami tanda – tanda dehidrasi, seperti mulut kering, lesu, lemas, sering mengantuk.
- Tidak mau menyusu, minum, atau makan.
- Tidak buang air kecil.
Dokter akan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi Anak. Semoga si kecil cepat sembuh dan bisa kembali ceria.
Itulah penjelasan tentang penyebab diare pada anak yang perlu diketahui. Jika mempunyai pertanyaan seputar diare pada anak, Anda bisa langsung mendatangi dokter dan melakukan konsultasi langsung dengan ahlinya.