Cafe Jamban Tempat Nongkrong Berbagi Ide Peduli Sanitasi

Cafe Jamban Tempat Nongkrong Berbagi Ide Peduli Sanitasi

Sebuah kampanye tentang peduli sanitasi sempat membuat geger di media sosial karena menyajikan makanan di jamban, tetapi sebenarnya tujuan dilakukan hal tersebut adalah untuk mendorong pemerintah dan masyarakat supaya lebih memperhatikan jamban. Berikut ulasan mengenai Cafe Jamban yang berada di kota Semarang, Jawa Tengah.

Beberapa orang pengunjung Cafe Jamban yang duduk di kursi dari jamban nampak memperhatikan Budi Laksono, pendiri yayasan Wahana Bakti Sejahtera, yang tengah menjelaskan tentang masalah masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap toilet yang layak.

Setelah pemaparan yang ia sampaikan selesai, dia membuka tutup meja di depannya dan terlihat dua jamban yang berisi makanan bakso dan minuman ringan.

Cafe Jamban Tempat Nongkrong Berbagi Ide Peduli Sanitasi
Cafe Jamban Tempat Nongkrong Berbagi Ide Peduli Sanitasi

Salah satu pengunjung Cafe Jamban, Nur kusharyati “Karena bukan sebuah hal yang lazim sih ya ini kan biasanya ada di belakang rumah tempat umum ini, buat menyajikan makanan ini ga lazim banget kebayang pertama itu kan kotor, ya ga nyangka aja sih.”

Heri Wongso, pengunjung lain mengaku baru mau makan di sini setelah kunjungan ketiga. “Yang ketiga kalinya saya berani juga mencoba makanan di Cafe Jamban, awalnya karena kafe ini, begitu viral di media sosial ramai juga dari teman-teman yang sudah sempat datang ke sini saya tertarik maksudnya apa, ini ga umum, setelah datang ke sini, saya tahu gagasannya tentang peduli sanitasi.”

Budi Laksono meyakinkan kepada penggunjung Cafe jika makanan yang disajikan di atas jamban itu bersih dan layak di makan.

Menurut dia, ide membuat Cafe Jamban ditemukan secara tidak sengaja, awalnya dirinya hanya bermaksud membuat sebuah tempat berkumpul untuk mengkampanyekan pentingnya sanitasi.

Tetapi kemudian, Budi mengatakan Cafe Jamban dibuat untuk kampanye pentingnya memiliki toilet disetiap rumah dan kebersihan lingkungan.

“Banyak orang tidak tahu misalnya di kota Semarang ada puluhan ribu orang ga punya jamban, Cafe Jamban itu hanya pintu pertama orang melihat tentang masalah sanitasi, sehingga mereka tahu ada PR tentang kebutuhan jamban,” kata dia.

Sanitasi Buruk Rugikan Negara

Kampanye sanitasi ini untuk mendorong berbagai pihak agar peduli terhadap kebersihan lingkungan.

“Banyak orang tidak tahu kalau penyakit disentri diare itu karena BAB sembarangan, ini yang harus jadi kesadaran nasional,” jelas Budi.

Menurut data dari kementerian kesehatan masih ada lebih dari 80 juta penduduk Indonesia yang belum mendapatkan akses toilet. Sementara WHO dan UNICEF menyebut sekitar 51 juta orang tidak memiliki jamban di rumahnya.

Kasubdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar kementrian Kesehatan, Eko Saputro menjelaskan apa saja alasan yang menjadikan warga enggan menggunakan jamban.

“Kemudia kementrian kesehatan hanya mendorong masyarakat untuk merubah perilakunya, yang sebelumnya tidak menggunakan jamban mulai beralih menggunakan jamban. Karena sudah dibangunkan oleh PU maka masyarakat supaya mau memanfaatkan, ini kan perilaku karena dulu masyarakat kan ketika buang air besar di jamban nggak mau karena belum terbiasa, pengap dan lain – lain itu prilaku,” jelas Eko Saputro.

Eko Saputro mengatakan masalah kebersihan ini menimbulkan berbagai penyakit dan juga memberikan kerugian yang cukup besar.

“Kerugian Negara itu mencapai Rp58 triliun per tahunnya yang disebabkan oleh kondisi sanitasi kita yang buruk, dengan upaya perbaikan sanitasi dan pembangunan jamban bagi masyarakat akan mendorong menurunkan angka penyakit diare, ini terbukti ada empat kabupaten yang stop buang air sembarangan sama sekali yaitu kabupaten Magetan, Pacitan, Ngawi dan Kota Madiun angka diarenya turun sampai 94% dan angka stunting (kekurangan gizi kronis) juga turun,” jelas Eko.

Pemerintah menargetkan pada akhir tahun 2022 seluruh masrayakat Indonesia bisa mengakses jamban yang layak dan tidak lagi buang air besar secara sembarangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *